
RAHINA SUCI TILEM KAPITU FASE BULAN MATI: SIMBOL AKHIR DARI KEGELAPAN DAN AWAL YANG BARU
29 January 2025
TELAH TERLAKSANA JELAJAH BUDAYA
29 January 2025LATAR BELAKANG
Banyak warisan budaya dan tradisi unik masa lampau yang masih bertahan sampai sekarang ini, salah satunya adalah tradisi Megoak-Goakan yang digelar di Buleleng. Tradisi ini berasal dari Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali. Megoak-Goakan berkaitan dengan upaya Raja Panji Sakti untuk secara halus mengajak pasukannya yang terkenal dengan nama Teruna Goak, yang dimana tujuannya untuk membangkitkan semangat pasukannya. Beliau mengajak pasukannya untuk megoak-goakan. Filosofi dari permainan Megoak-Goakan adalah seorang pemimpin harus memberikan kemakmuran dan kesejahteraan terlebih dahulu kepada warganya sebelum meminta penghormatan dan pengabdian dari masyarakatnya. Pasukan Teruna Goak merupakan simbolisasi Egaliter, dimana inti pasukan Teruna Goak terdiri dari berbagai etnis: Bali Mula, Cina Tionghoa, Bugis Makassar termasuk dua orang disersi kompeni Belanda yang lari dari kesatuannya.

Penyerangan pertama kali Raja Panji Sakti ke Blambangan terjadi tahun 1647 Masehi bekerjasama dengan Raja Mataram Islam Amangkurat 1 Putra Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pada tahun 1659 Raja Panji Sakti kembali melakukan invasi ke Blambangan dan membawa orang 2 dari Blambangan yg menjadi leluhur Pegayaman. Penyerangan ketiga dilakukan di tahun 1697 dibawah pimpinan Panji Danuresta putra sulung Raja Panji Sakti. Di zaman Panji Sakti, Buleleng menuju masa kejayaan karena pemerintahannya legaliter yaitu dapat merangkul. Permainan ini memiliki makna yaitu untuk merangkul jiwa kesadaran, artinya mengajak semua masyarakat tidak peduli dari golongan apapun untuk ikut dalam sebuah permainan megoak-goakan agar dapat merangkul jiwa kesadaran sosial dan hal ini tetap dilakukan dari zaman Panji Sakti hingga saat ini. Dalam rangka pelaksanaan program Jelajah Budaya, kami berkesempatan melakukan wawancara dengan Gst Kadek Mahayun Manis, pada hari Rabu, 12 Desember 2024 untuk menggali informasi terkait tradisi Megoak-Goakan.
TUJUAN

Tradisi Megoak-Goakan yang dimainkan oleh Sang Raja dengan pasukannya memiliki tujuan memberikan dan membangun semangat kepada pasukannya untuk melawan musuh dari kerajaan mereka yang saat itu sedang bermusuhan dengan Kerajaan Blambangan. Sehingga untuk menghormati dan mengenang sejarah kepahlawanan dari jasa Ki Barak Panji Sakti penduduk Desa Panji terus menjaga dan melestarikannya dengan secara rutin menggelar Tradisi Megoak-Goakan. Kami tertarik untuk mengulas lebih dalam terkait tradisi Megoak-Goakan ini, karena dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk menjaga dan menghormati tradisi lokal sebagai bagian dari identitas budaya. Selain itu, kami juga dapat mempromosikan bahwa tradisi Megoak-Goakan ini dapat menjadi daya tarik unik bagi wisatawan lokal ataupun mancanegara.
HASIL

Megoak-goakan ini dibagi menjadi dua, yaitu sebagai hiburan dan ada juga yang sakralnya. Untuk permainan sebagai hiburan, alat yang digunakan gong, berpakaian adat madya dan menggunakan selendang, dan dalam permainan ini melibatkan semua masyarakat baik yang perempuan ataupun laki-laki. Ini dilakukan saat Ngembak Geni (sehabis nyepi). Lain halnya dengan tarian sakral semua pemainnya adalah laki-laki, karena dalam konteksnya akan berperang. Di perkembangan yang modernisasi ini perlengkapannya ditambah dengan hiasan di kaki agar berbunyi, dan berhias muka juga. Melalui pelaksanaan Megoak-Goakan, masyarakat dan pengunjung memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut, seperti gotong royong, solidaritas, dan kekuatan persatuan. Harapannya, semoga tradisi Megoak-Goakan di Panji ini tetap lestari baik dari seni dan tradisi ini tetap berkelanjutan. Selain itu, adanya pemerintah yang mendukung setiap kegiatan dari Megoak-Goakan, membuat yayasan ataupun rumah naungan untuk para pemuda-pemudi di desa Panji yang ikut melestarikan seni dan tradisi Megoak-Goakan, agar peninggalan budaya dari leluhur dapat dikenang selamanya untuk anak dan cucu kita nanti, ujar Gst Kadek Mahayun Manis.

KESIMPULAN
Tradisi Megoak-Goakan adalah tradisi budaya yang unik dari masyarakat Bali, khususnya di Desa Panji, Kabupaten Buleleng. Tradisi ini dapat menjadi media hiburan yang dilakukan setelah hari raya Nyepi, dan memiliki makna yang mendalam sehingga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan kerja sama. Pelaksanaan tradisi ini sudah dilakukan dari dahulu hingga saat ini. Perlengkapan yang digunakan juga sudah mengikuti zaman. Pelaksanaan ini berkontribusi pada pelestarian budaya lokal, penguatan identitas masyarakat, dan pengembangan pariwisata budaya. Dengan melestarikan budaya Megoak-Goakan ini, masyarakat dapat menjaga kekayaan budaya Bali sebagai aset berharga yang dapat mendukung pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya. Tradisi ini harus tetap dilestarikan, tidak hanya untuk mempererat hubungan antarwarga tetapi juga menjadi jejak identitas lokal yang dapat dikenal hingga ke luar negeri.
DOKUMENTASI LAINNYA



SUMBER GAMBAR
https://images.app.goo.gl/CUhJmKqabDrN2hRo6
https://images.app.goo.gl/p34NPcVba7FXqgQ66
https://images.app.goo.gl/jisXaX8oNqU2eiH9A