
HENINGNYA SIWARATRI UNTUK MENUJU KESADARAN DIRI
29 January 2025
JELAJAH BUDAYA#4: SIMFONI BUDAYA YANG TAK PUDAR “MEGOAK-GOAKAN DESA PANJI”
29 January 2025Rahina Tilem adalah hari saat bulan tidak terlihat di langit (bulan mati). Secara kalender Bali, Tilem terjadi setiap 30 hari sekali, mengikuti siklus bulan. Tilem Sasih Kapitu, yang jatuh pada Selasa, 28 Januari 2025, merupakan momen suci dalam kalender Bali, di mana umat Hindu melaksanakan persembahan dan pemujaan ke hadapan Sang Hyang Widhi, khususnya dalam manifestasi Sang Hyang Rudra sebagai perwujudan Sang Hyang Yamadipati (Deva Kematian). Tilem menandai fase bulan mati, simbol akhir dari kegelapan dan awal yang baru, sekaligus melambangkan kekuatan pralina atau pemulihan menuju asal mula kehidupan (Pamuliha maring sangkan paran). Dalam lontar Purwana Tattwa Wariga, persembahan pada hari Tilem dimaksudkan agar roh orang yang meninggal tidak tersesat menuju neraka, tetapi diberi jalan ke Swarga Loka oleh Sang Hyang Yamadipati.
MAKNA HARI SUCI TILEM

Tilem juga memiliki makna spiritual yang tinggi. Menurut lontar Purwa Gama, umat Hindu diajarkan untuk melaksanakan suci laksana, terutama pada hari Purnama dan Tilem, sebagai upaya menjaga dan meningkatkan kesucian diri. Ini menjadi pengingat bahwa semua makhluk akan kembali kepada Yang Maha Suci berdasarkan tingkat kesucian masing-masing. Pelaksanaan suci laksana juga bertujuan untuk mensejahterakan alam beserta isinya, mempererat hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Hyang Widhi. Dalam Tilem Sasih Kapitu, umat Hindu melaksanakan penyucian diri yang melibatkan Catur Yoga yaitu Bhakti Yoga (pengabdian), Karma Yoga (perbuatan suci), Jnana Yoga (pengetahuan suci), dan Raja Yoga (meditasi). Penyatuan keempat yoga ini bertujuan menyucikan Stula Sarira (badan kasar), Suksma Sarira (badan halus), dan Antahkarana Sarira (Atma) atau jiwa, sehingga manusia dapat mencapai keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan spiritual dan duniawi.
PELAKSANAAN TILEM

Ritual pelaksanaan Tilem mencakup persembahyangan di pura-pura untuk memohon pengampunan dosa dan berkah dari Sang Hyang Widhi. Penyucian diri dengan melukat juga dilakukan untuk m embersihkan jiwa dari pengaruh negatif. Dengan tekun menjalankan ritual ini, umat Hindu percaya bahwa mereka akan mendapatkan perlindungan, keberkahan, serta tuntunan menuju kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di alam selanjutnya. Tilem Sasih Kapitu menjadi pengingat akan pentingnya introspeksi, menjaga kesucian, dan menjalankan nilai dharma untuk keseimbangan spiritual dan kesejahteraan alam semesta. Ini adalah wujud nyata dari perjalanan rohani manusia dalam mencapai kesucian diri dan kebahagiaan abadi.
REFERENSI
Pemerintah Desa Jagapati. (2024). Makna Hari Purnama dan Tilem bagi Umat Hindu. Pemerintah Desa Jagapati Badung. Retrieved from https://desajagapati.badungkab.go.id/artikel/29578-makna-hari-purnama-dan-tilem-bagi-umat-hindu#:~:text=Hari%20Tilem%20adalah%20merupakan%20Prabhawa,pemujaan%20kehadapan%20Sang%20Hyang%20Widhi
Pemerintah Kabupaten Buleleng. (2024, Mei 27). Rahina Tilem: Sejarah, Makna, dan Prosesinya. Disbud Buleleng. Retrieved from https://disbud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/26_rahina-tilem
Purwani Sasih, N. L. M. Y. (2024, Mei 27). Rahina Tilem: Makna dan Perayaannya Menurut Hindu di Bali. DetikBali. Retrieved from https://www.detik.com/bali/budaya/d-6627092/rahina-tilem-makna-dan-perayaannya-menurut-hindu-di-bali
SUMBER GAMBAR
https://buleleng.bulelengkab.go.id/uploads/konten/makna-purnama-dan-tilem-dalam-hindu-82.png
https://balisaja.com/wp-content/uploads/2021/06/Tilem-664×591.jpg
https://bali.kemenag.go.id/uploads/media/2u6mGq3fvEnp_lg.jpeg