
Peringatan Hari Natal 2024: Mengenal Sejarah dan Simbol Natal
24 December 2024
TELAH TERLAKSANA BEM REMA GOES TO GENERASI MUDA CERDAS DAN BERDAYA ASUHAN (GEMILANG)
28 December 2024Sejarah Tradisi Bukakak
Tradisi Ngusaba Bukakak merupakan upacara adat unik yang telah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat di Desa Adat Sangsit Dangin Yeh dan Subak Dangin Yeh Desa Giri Mas, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Upacara ini bertujuan mengucapkan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, khususnya dalam manifestasi Dewa Wisnu bersama sakti-Nya, Dewi Sri dan Dewi Laksmi, yang diyakini memberikan berkah kesuburan dan kemakmuran. Kata “Ngusaba” berasal dari istilah Sanskerta “Sabhaa” yang berarti pesamuhan atau berkumpul. Sementara itu, “Bukakak” merupakan gabungan kata “Lembu” simbol Dewa Siwa, dan Gagak pelambang Dewa Wisnu.

Dalam upacara ini, babi guling digunakan sebagai simbol utama, dengan bagian tubuhnya yang diolah hingga menampilkan tiga warna, yaitu warna hitam (punggung) melambangkan Dewa Wisnu, warna putih (kiri dan kanan tubuh) melambangkan Dewa Siwa, dan warna merah (dada yang matang) atau babi guling itu sendiri melambangkan Dewa Sambhu. Babi guling ini ditempatkan di atas banten sarad, dengan alas yang terdiri dari 16 batang bambu dan dihiasi daun enau muda (ambu). Tradisi ini juga mencerminkan kesatuan alam semesta melalui warna pakaian yang digunakan, dimana warna pakian merah dan putih untuk para pengusung Bukakak sedangkan putih dan kuning untuk remaja, melambangkan tunas kehidupan.

Upacara Bukakak diadakan setiap purnama kedasa dalam kalender Isaka, atau bulan April dalam kalender Masehi. Karena pertimbangan biaya, pelaksanaannya kini dilakukan dua tahun sekali. Tradisi ini melibatkan masyarakat secara gotong royong, termasuk peran undagi (pengrajin) desa yang ahli dalam pembuatan pelinggih agung. Tradisi Bukakak tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga simbol harmonisasi manusia dengan alam dan kepercayaannya. Dalam rangka pelaksanaan program kerja jelajah budaya, kami BEM REMA Undiksha berkesempatan melakukan wawancara dengan Mangku Awan, selaku Kelian Desa Giri Mas, pada hari Rabu, 13 November 2024 untuk membahas lebih lanjut terkait Ngusaba Bukakak.
Tujuan

Tradisi Bukakak ini dilaksanakan oleh masyarakat Desa Adat dan krama Subak Dangin Yeh dengan tujuan untuk mengucapkan rasa terima kasih dan penyampaian rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi kesuburan tanaman yang jauh dari mrana, maka pertaniannya akan memberikan hasil yang melimpah. Upacara ini memiliki tujuan yang universal namun diwujudkan dalam kemasan yang sangat lokal. Kami dari BEM REMA Undiksha sangat tertarik untuk mengulas lebih dalam informasi terkait budaya ini, sehingga dapat memahami makna, sejarah, dan filosofi tradisi secara langsung dari narasumber yang terlibat. Selain itu, sebagai generasi muda juga dapat menumbuhkan rasa peka terhadap budaya yang ada di Bali khusunya daerah Buleleng. Dalam lontar Dewa Tattwa disebutkan bahwa tujuan dilaksanakannya ngusaba ini adalah untuk memberikan kesuburan pertanian dan mendapatkan kedamaian dunia.
Rangkaian Tradisi Bukakak

Sebelum melakukan prosesi upacara ngusaba terdapat beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, seperti:
- Mekiis/Melis ke Pura Segara, dengan tujuan untuk menyucikan semua sarana upacara.
- Ngusaba Uma, rangkaiannya dapat dibagi menjadi 3, yaitu Upacara Pura Empelan, Upacara Pura Gaduh dan Upacara Pura Panti.
- Ngembang, merupakan kegiatan krama Subak untuk mempersiapkan sesajen.
- Melakukan Ngusaba Pura Dalem dan Pura Segara.
- Puncak Karya, pada bagian ini krama Desa dan krama subak menghaturkan pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasinya khususnya Dewa Wisnu dengan menghaturkan rasa angayubagia kehadapan beliau atas rahmatnya. Selain itu pada upacara ini juga diiringi dengan tari-tarian Bali.
- Melayagin, merupakan hari yang ditunggu-tunggu untuk mencurahkan rasa semangat dan kegembiraan untuk mengusung sarad Bukakak lunge / melancaran sesuai petunjuk yang telah dianugerahkan serta diiringi dengan gong Tek-Nong (Gong Duwe).
Kesimpulan
Ngusaba Bukakak bukan sekadar tradisi, tetapi juga simbol hubungan manusia dengan alam dan Tuhan yang sarat dengan nilai spiritual dan sosial. Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Desa Giri Mas tidak hanya melestarikan budaya lokal, tetapi juga menguatkan identitas mereka sebagai bagian dari kebudayaan Bali yang kaya dan unik. Pelestarian tradisi membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda untuk memastikan keberlanjutannya di tengah modernisasi. Pelestarian suatu tradisi bukan hanya sekedar menjaga masa lalu, tetapi bagaimana nantinya kita membangun identitas dan kebersamaan di masa depan.
Saran

Mangku Awan mengatakan, besar harapannya agar tradisi Bukakak ini tetap terlaksana sampai kapanpun. Marilah kita bersama-sama dengan pihak pemerintah untuk melaksanakan tradisi Bukakak ini, bukan hanya soal biaya tetapi membantu juga melestarikan budaya ini, ujarnya. Kita juga harus mempromosikan suatu kebudayaan dalam media sosial kepada audensi yang lebih luar, agar masyarakat luar Bali juga mengetahui tradisi ini sehingga budaya ini tidak akan punah. Peran masyarakat dan pemerintah sangat penting dalam keberlanjutan tradisi agar terus dilestarikan.
Dokumentasi Wawancara

Referensi Gambar
https://images.app.goo.gl/KhXxjbkrM93wQMhd8
https://images.app.goo.gl/QgHzcZXhk2DVrvGe6
https://images.app.goo.gl/x571ycGjfdeyQiW29
https://giriemas-buleleng.desa.id/assets/files/artikel/kecil_1561804942k.jpg
https://sudaji-buleleng.desa.id/assets/files/artikel/kecil_15330141533.jpg