NETRALITAS APARAT DALAM PEMILUKADA TAHUN 2024 SEMOGA TIDAK HANYA SEBATAS FORMALITAS DIATAS KERTAS
7 November 202410 November, Memperingati Hari Pahlawan Nasional
10 November 2024Hari raya Tumpek Krulut adalah perayaan keempat dari enam perayaan dalam siklus kalender Bali yang dianggap sebagai hari suci untuk memuliakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara atau Kawiswara. Kata “Tumpek” berasal dari kata “Tu” yang berarti “metu” atau awal dan “Pek” yang berarti “berakhir”. Sedangkan “Krulut” berasal dari kata “Lulut” yang memiliki makna cinta, kasih atau welas asih.
Umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Krulut setiap enam bulan atau 210 hari kalender, tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Krulut. Tahun ini, Tumpek Krulut dirayakan pada Sabtu, 9 November 2024. Umat Hindu merayakannya sebagai bentuk penghormatan dan perayaan atas kasih sayang serta kehadiran Dewa Iswara dalam kehidupan mereka. Tumpek Krulut juga dimaknai sebagai hari untuk menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama manusia. Maka dari itu Tumpek Krulut sering dikaitkan sebagai hari kasih sayang atau Valentine-nya umat Hindu Bali.
Pada Tumpek Krulut, umat Hindu melaksanakan berbagai upacara penyucian (otonan) Sarwa Tetangguran (gamelan/alat musik), serta pagelaran tarian seperti Legong Kuntul, tari Barong Landung dan lainnya. Dalam pandangan masyarakat Bali, “taksu” adalah kekuatan spiritual yang mengalir dalam berbagai kegiatan seni yang dilakukan oleh mereka. Tumpek Krulut dipercayai membawa turunnya taksu yang dapat membawa kebahagiaan dan memperkuat rasa kasih sayang di antara sesama.
Sebagai mana dalam kehidupan adat dan budaya di Bali dikenal dengan adanya gamelan sebagai sarana yang menampilkan tabuh atau suara-suara suci, maka Tumpek Krulut sering disebut dengan odalan gong. Setiap alat gamelan mengandung simbol-simbol yang mewakili para dewa dan dewi dalam kepercayaan Hindu Bali. Dengan demikian, seni gamelan menjadi sarana untuk menghormati dan menghubungkan diri dengan aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Rahina Tumpek Krulut dirayakan secara sekala dan niskala. Perayaan secara sekala dapat dilakukan dengan pagelaran pertunjukan seni. Sedangkan secara niskala dilakukan dengan upacara penyucian gamelan atau alat musik. Masyarakat Bali menghaturkan banten sebagai simbol persembahan kepada Dewa Iswara. Banten tersebut dihaturkan di rong tiga berupa Pejati, Daman, Tipat sirikan, dan ayaban berupa tipat manca tingkat madya, nista tipat gong, dan di lebuh dihaturkan segehan panca warna 9 tanding. Semua banten yang dipersembahkan haruslah utuh, termasuk telur, buah-buahan dan lainnya. Sebelum pelaksanaan upacara dilakukan upacara mabyekala atau beakaon sebagai bagian dari ritual penyucian untuk menghilangkan segala mala. Melalui upacara-upacara yang dilaksanakan dan simbolisme yang terkandung di dalamnya, Tumpek Krulut tidak hanya memperkuat hubungan antara manusia dengan alam semesta saja, akan tetapi juga menggambarkan keindahan dan kekayaan warisan budaya Hindu Bali.
Referensi Artikel
https://www.sayahindu.com/2024/03/tumpek-krulut.html
Anindya Putri, N. M. M. (2023, September 16). “Tumpek Krulut di Bali: Makna, Tujuan, dan Perayaannya”. detikBali. Diakses pada 7 November 2024, dari https://www.detik.com/bali/budaya/d-6933849/tumpek-krulut-di-bali-makna-tujuan-dan-perayaannya
Referensi Gambar
Denpasar Viral. (2021, Mei 28). Makna Rahina Tumpek Krulut: Hari Kasih Sayang bagi Umat Hindu Bali. Diakses pada 7 November 2024, dari https://denpasarviral.com/2021/05/28/makna-rahina-tumpek-krulut-hari-kasih-sayang-bagi-umat-hindu-bali/
Yusuf, F. (Fotografer). (2023). Ilustrasi Tumpek Krulut di Bali. ANTARA FOTO/detikBali. Diakses pada 7 November 2024, dari https://www.detik.com/bali/budaya/d-6933849/tumpek-krulut-di-bali-makna-tujuan-dan-perayaannya